Rabu, 16 November 2011

Part 1 All about Hospital, in my mind

Pernah merasakan perjalanan ke suatu tempat begitu bermakna? Sering pastinya! Begitu pun saya, hehe.. Banyak alasan mengapa kita menyebut perjalanan itu bermakna. Tapi versi saya, begitu penuh makna karena banyak pelajaran yang bisa diambil, setuju ? :)

Seperti perjalanan kemarin sore yang saya tempuh bersama mama tercinta menggunakan sebuah mobil. Saat itu kami hendak menuju asrama boarding school, tempat adik saya tinggal dan bersekolah. Perjalanan setengah jam tersebut, semakin terasa singkat karena diisi obrolan yang seru, berat dan sangat sayang untuk tidak dilewatkan. Hehe.. Belakangan ini saya bisa menikmati apa yang diobrolkan bersama papa mama saya, terutama bersama mama. Dulu nih, bawaannya males mendengar apa yang dibicarain mama. Menurut saya, terlalu menggurui (ampun ma.. :) ). Sampai sekarang mungkin terdengar menggurui, tapi sebenarnya itulah peran orangtua. Setiap orangtua menjadi guru buat anaknya dan cara inilah yang beliau gunakan untuk berbincang dengan anaknya. Namun sedikit berbeda dari perbincangan kami saat ini. Setidaknya sekarang saya merasa bisa mengimbangi apa yang mama saya bicarakan. Saya bisa ikut sumbang suara saya yang ngebass ini untuk meramaikan perbincangan. Ternyata selama ini saya salah. Beliau bukan sekedar menggurui, tapi lebih ke arah berdiskusi. Mungkin dulu-dulu pikiran saya tidak sampai untuk mengikuti arah perbincangan, jadilah hanya komunikasi satu arah sehingga lebih terlihat menggurui, bukan berdiskusi. Banyak cara mendidik papa mama saya yang menurut saya aneh, bukan cara biasanya lah. Tapi yah begitulah cara beliau-beliau mengajarkan kedewasaan kepada anaknya, membuat kita berpikir dan selalu bertanya-tanya. Dan semuanya bermakna. Pastinya setiap orangtua memiliki cara masing-masing dalam mendidik anak-anaknya, betul ? :)

Sebenarnya topik yang dibicarakan hanya 2, tapi dibahas sedemikian rupa sehingga jadi kompleks. Pertama tentang rumah sakit dan pemakmurannya. Kedua tentang sedekah. Mungkin akan saya bagi menjadi 2 postingan. Yang kedua akan saya lanjutkan di postingan berikutnya. Hehe..

Rumah sakit dan pemakmurannya

Kenapa membahas rumah sakit? Karena pada malam sebelumnya, kami melewati sebuah rumah sakit di sekitar kawasan Summarecon. Rumah sakit Kristen yang cukup mewah dan cukup besar. Dari jarak 100 meter lebih sudah tercium aroma bau rumah sakit, macam alcohol dan obat-obatannya. Di seputar kawasan tersebut juga akan dibangun lagi sebuah rumah sakit Kristen, yang sepertinya cukup besar. Yang menjadi pertanyaan, mengapa rumah sakit mereka yang besar dan makmur? Kapan rumah sakit Islam sebesar, seramai dan sejaya mereka? Bukankah penduduk Indonesia mayoritas muslim? Pertanyaan menggilitik menurut saya. Jawabannya jelas, karena orang muslim tidak bangkit untuk menandinginya!

Ini dapat dibuktikan dari banyak wilayah di Indonesia yang mengalami keadaan semacam ini. Saya sangat mengakui bahwa rumah sakit Kristen menawarkan banyak kecondongan untuk dipilih. Hal paling kecil, keramahtamahan yang mereka tawarkan. Sejak kita menginjakkan kaki di wilayah mereka, kita akan menemui banyak senyuman dan keramahan mereka dalam melayani pasien yang datang. Bagi saya yang cukup sering menjadi pasien, suasana seperti ini sangat nyaman. Terlebih kita dalam keadaan sakit secara fisik, lalu disegarkan fitrah kita, begitu nyaman bukan? Selain itu, fasilitas yang serba ada, bangunan yang kokoh dan megah, juga kepedulian terhadap pasien. Itu adalah beberapa poin plus yang mereka miliki. Di salah satu rumah sakit Kristen yang pernah saya kunjungi, ada sebuah slogan yang menyatakan bahwa mereka harus memberikan tindakan terlebih dahulu, masalah pembayaran dan administrasi  lainnya bisa diurus belakangan. Luar biasa banget! Waktu saya masuk UGD nya, mulai dari penyakit yang tidak begitu gawat sampai yang paling gawat pun, semua terlayani dengan baik. Tidak ada acara mengantri dan sebagainya. Itu cara mereka menangani pasien secepat mungkin. Banyak hal baik yang dapat kita tiru dari cara mereka melayani pasiennya. Kenapa mereka bisa bersikap seperti itu? Ternyata mereka menerapkan dan mengamalkan 99 Asmaul Husna, sifat-sifat Allah. Ya latif, yang mampu berbuat lembut. Ya Rahman, yang mengasihi sesamanya. Ya Mu'iz, yang memuliakan pasiennya. Tapi sayangnya, mereka tidak iman! Inilah Maha Rahman nya Allah. Mengasihi makhluk-makhlukNya sekalipun mereka ingkar. Allah beri mereka kejayaan serta kenikmatan di dunia, tapi tidak sampai membuat mahklukNya yang ingkar mencium aroma surga, apalagi menikmati indahnya surga. Kecuali mereka beriman!

Sedang rumah sakit Islam sendiri bukan berarti jelek. Tetapi hanya kalah pamor dibanding rumah sakit milik kaum yahudi. Dari segi fasilitas dan prasananya yang kadang kurang mendukung, sehingga tidak banyak pasien yang harus dilarikan ke rumah sakit lainnya. Pelayanan dari para susternya yang sedikit kurang antusias terhadap pasien-pasiennya. Biasanya juga sedikit lahan yang mereka gunakan untuk mendirikan rumah sakit tersebut, sehingga suasana hiruk-pikuk pasien terbaca sebelum memasuki kawasan tersebut. Walau tidak seramai rumah sakit Kristen, tapi ada hal istimewa yang bisa ditonjolkan, sapaan 'Assalamu'alaykum' yang tidak mungkin dimiliki rumah sakit selain milik kaum muslim. Entah mengapa saya memprediksikan karena kurangnya dana yang dimiliki untuk pengembangan rumah sakit sehingga hal itu berefek kepada pelayanan terhadap pasien. Mungkin dari kesejahteraan pegawainya yang tidak sesuai membuat mereka tidak bisa bekerja secara professional. Tetapi banyak kita temukan juga rumah sakit-rumah sakit Islam yang memiliki fasilitas yang baik dan deluxe. Namun membayar pelayanan berobatnya pun semahal fasilitas yang ada. Hal ini yang membuat masyarakat menengah kebawah tidak mampu menjangkaunya sehingga mereka memilih pengobatan di rumah sakit milik pemerintah.

Berbeda cerita dengan rumah sakit-rumah sakit swasta yang sebelumnya. Ini lebih menyedihkan lagi. Hampir saya lihat rumah sakit umum di macam daerah dalam keadaan yang kurang layak. Mungkin dari peralatan medis mereka mumpuni, tapi tidak bagi kenyamanan pasien dan keluarganya. Agak kumuh, penataan ruang yang seadanya, juga kebersihan yang kurang diperhatikan hampir menjadi pemandangan umum dari rumah sakit umum milik pemerintah.  Tapi bagi masyarakat yang kurang mampu dan sedang sakit, mau tidak mau mereka menggunakan fasilitas rumah sakit yang disediakan.  Seperti bangsal-bangsal yang berisi lebih dari 6 orang dengan berbagai macam penyakit. Obat-obatan pun hanya obat generic yang sering diberikan, walaupun kadang obat tersebut sudah tidak ampuh untuk penyakit yang di derita sang pasien. Hampir tak jauh beda dengan puskesmas yang ada. Namun dari segi lingkungan, puskesmas lebih unggul ketimbang rsu. Mungkin karena lingkup yang kecil dan adanya sumber daya yang peduli kebersihan. Rasanya sangat sangat tidak adil. Masyarakat yang mengalami kesulitan, juga harus kesulitan untuk mendapatkan pengobatan yang layak. Sebaliknya, masyarakat golongan keatas semakin mampu mendapatkan pengobatan dengan tingkat kelayakan yang baik. Sebenarnya ada apa dengan buruknya pelayanan rumah sakit milik pemerintah? Peralatan medis serta obat-obatan memang mahal, tapi apa mungkin anggaran dari pemerintah tidak mampu meng-cover kebutuhan jasmani masyarakatnya? Lalu, kapan mereka mendapat kesejahteraan dalam bentuk kelayakan berobat?

Semua itu selalu menjadi tanda tanya saja, karena saya belum mendapat jawaban yang pas untuk diterima. Obrolan tentang kesehatan ini mungkin agak berat, tapi saya begitu tertarik memikirkannya. Kesehatan itu penting, walau bukan segala-galanya. Dan penyakit pun bisa menjangkit siapapun tanpa pandang bulu kepada orang mampu atau tidak mampu. Alangkah baik jika dari pelayanan rumah sakit manapun dibenahi untuk kelayakan masyarakat. Lalu, akan menjadi tugas siapa hal ini?
Bagi umat muslim yang dititipkan harta lebih oleh Allah, kenapa tidak kita ambil kesempatan ini?

Diskusi tadi pun berbuntut pengharapan adanya perubahan menjadi lebih baik. Mama saya pun berpesan dengan doa dan penuh pengharapan, "Ya Allah, kalo kamu dan anak-anak mama lainnya ditakdirkan kaya harta, ayo bantu laah masyarakat ini dari sisi kesehatan. Jangan melulu berlomba-lomba mendirikan masjid atau sekolah, tapi coba peduli kearah kesehatan karena ini dibutuhkan semua kalangan. Dirikan rumah sakit Islam yang besar dan jaya yang bisa meng-cover semua kalangan masyarakat. Semuanya dilayani secara merata. Buat yang nggak mampu, disubsidi dari yang mampu. Kalaupun belum mampu mendirikannya, cukup membantu dana untuk pengembangan rumah sakit-rumah sakit islam. Terus dimakmurkan rumah sakit islam yang ada, jangan biarkan semua sector kehidupan dikuasai kaum yahudi. Kapan Islam akan jaya kalau bukan kaum mudanya yang membangun lagi peradaban Islam di bumiNya Allah ini". Kurang lebih seperti itu isi pesan mama saya. Walau dengan bahasa yang sedikit diubah, tapi tetap tidak mengubah makna yang disampaikan kok. Hehe..

Yah.. Sudah sejak lama saya memang tertarik dengan dunia kesehatan, especially kedokteran. Sampai ambisi untuk menjadi dokter, namun belum tersampaikan. Hehe.. Salah satu alasannya mungkin terlalu muluk, ingin menjadi dokter yang dekat dengan rakyat kecil dan memberi pelayanan yang terbaik buat mereka dengan biaya serendah-rendahnya. Tinggi banget yaa harapan saya.. Tapi begitulah yang saya inginkan. Pernah suatu kali saya di UGD sebuah rumah sakit swasta. Disitu saya melihat seorang anak perempuan terbaring lemas dan menggigil. Sudah sangat tidak berdaya, menurut saya. Padahal disitu ada beberapa suster yang menganggur, selain yang sedang melayani saya dan mama saya. Lalu mama saya bertanya kepada sang suster, "Kenapa anak itu sus?"
"Demam tinggi katanya bu, sama diare"
"Kok nggak dilayani sus? Suster ngelayanin dia aja dulu. Kasian"
"Nanti bu, keluarganya belum bisa ngurus administrasinya"

Ya Allah, rasanya sedih banget melihat anak tersebut. Padahal ibunya sudah mengemis-ngemis minta kepada suster agar anaknya ditangani dulu. Sayang, hanya masalah administrasi yang mungkin nggak seberapa buat orang mampu, tapi menjadi masalah besar buat mereka. Lalu dimana letak hati para dokter dan suster yang membiarkan pasien (mungkin tidak mampu) harus rela dianggurin begitu saja? Hanya karena ketaatan terhadap peraturan rumah sakit yang tidak fleksibel sehingga menelantarkan nyawa manusia lainnya. Ingin sekali bisa membantu mereka-mereka yang kesulitan untuk berobat. Tapi itu bicara masalah nurani. Di lapangan pun kita tidak bisa bebas berbuat sesuai nurani kita. Saya pernah diskusikan hal ini kepada salah satu kawan saya yang seorang dokter. Dia bilang, terkadang kita juga ingin membantu mereka memasukkan ke ruang inap, dilayani dengan baik. Tapi sejauh apa kita bisa membantu mereka. Kalaupun kita mampu menanggung biaya rumah sakitnya, lalu untuk obat-obatan yang dia konsumsi bagaimana? Berapa lama kita mampu biayain? Itu baru 1 kasus, bagaimana dengan kasus lainnya?

Memang pilihan yang sulit rupanya. Ini membuat saya ingin tahu detail tindakan yang harus dilakukan para dokter menghadapi situasi tersebut. Mendengar kisah para dokter, sangat mengagumkan menurut saya. Walaupun akhirnya saya belum bisa mewujudkan keinginan saya menjadi dokter, setidaknya saya akan berusaha mewujudkan keinginan mama saya dalam 7 tahun ke depan. Percaya atau tidak, beberapa bulan sebelum kami mendiskusikan masalah ini, saya sudah mengetikkan harapan kecil ini di dalam note handphone saya yang berbunyi, "7 tahun lagi, buat KLINIK, perpustakaan dan toko buku".  Saya menuliskan hal ini setelah saya tidak diterima kedokteran di perguruan tinggi. Kalau saya bukan seorang dokter, apa yang bisa saya lakukan untuk membantu kesehatan masyarakat kecil. Ya, mendirikan klinik Islam sampai menjadikannya rumah sakit Islam dengan biaya seminim mungkin dan fasilitas yang baik bagi yang tidak mampu. Mungkin terdengar mustahil mendirikannya di jaman yang serba mahal ini. Tapi kalau niat kita baik dan hendak berbisnis dengan Allah, InshaAllah dimudahkan dan nggak akan buntung. Berani mencoba? :)

Kalau pun nantinya saya tidak ditakdirkan mewujudkan harapan ini, semoga umat muslim lainnya bersedia meneruskan niat baik ini. Sudah waktunya umat muslim bangkit, menandingi dan mengambil alih penguasaan bumi ini. Kalau bukan kaum pemuda dan pemudinya, siapa lagi? :)

*nb : pemikiran dalam postingan ini bukan hanya dari saya, tapi juga mama saya. Harap maklum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar