Kamis, 24 November 2011

Part 2 Sedekah kepada siapa ?


Okee, melanjutkan postingan sebelumnya, obrolan ringan *ups* saya bersama mama saya yang hanya 2 tema. Ya, hanya 2! Tapi cukup complex. Dan tema selanjutnya adalah ‘sedekah’. Entah terinspirasi dari mana, tahu-tahu beliau langsung menyambung cerita tentang sedekah yang diambil dari dalil qur’an dan cukup menarik hati saya. Ini sekilas dialognya, obrolan kalimatnya versi saya loh. Hehehee …

“Sebenarnya sedekah itu gak harus sama orang miskin, fakir atau mereka-mereka yang butuh. Sama orang  kaya aja boleh.”
Sedikit nggak percaya, “Masa ma?”
Disambung lah dengan cerita, “Iyah, dulu di jaman Rasulullah ada orang yang sedekah sama pelacur, orang kaya dan pencuri. Ini ada di surah Al-Baqarah ayat 272. Bla bla blaa…. Malah ayat ini awalnya turun karena teguran buat Rasulullah yang menyuruh untuk sedekah itu kepada orang yang seagama saja dan bla bla blaaa… .”

Inti obrolannya hanya disitu, sisanya hanya basbisbus. Hehe..
 Menarik nih menurut saya. Sampai dirumah, langsung ngecek di Al-qur’an.
Al-baqarah 272. Baca sekilas, lalu lihat asbabun nuzulnya.

Rasulullah pernah bersabda :
“Tak usah kamu bersedekah, kecuali kepada ahli seagama kamu.”

Lalu turunlah ayat ini :
Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Apa pun harta yang kamu infakkan, maka (kebaikannya) untuk diri kamu sendiri. Dan janganlah kamu berinfak melainkan karena mencari ridha Allah. Dan apa pun harta yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi (pahala) secara penuh dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).” (QS. Al-Baqarah 272)

Mengapa diturunkan ayat tersebut? Yap! Allah menegur hambaNya yang luput, termasuk Rasulullah. Menurut riwayat Ibnu Abbas; Rasulullah pernah menyampaikan kalau ingin bersedekah, hendaklah kepada sesama Islam saja. Padahal tidak demikian. Surah diatas menjelaskan, siapa sih yang berhak memberi petunjuk? Hanya Allah! Siapa yang bisa menjamin orang yang bukan Islam saat ini, detik berikutnya dia mengimani ajaran yang dibawa Rasulullah? Tidak ada! Rasulullah pun luput dengan bersabda demikian dan Allah menegurnya untuk diajarkan kepada umatnya beliau. Kepada siapapun anda bersedekah, ikhlas atau tidak, sedikit atau banyak, Allah telah berjanji untuk membalasnya. 

Lalu ada sebuah hadits yang berkaitan dengan ayat tersebut.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda : “Seorang lelaki berkata,’Sungguh aku telah bersedekah tadi malam’, dia bersedekah yang diberikannya kepada seorang pelacur, pada pagi hari orang-orang membicarakannya : ‘Dia besedekah pada pelacur’ Laki-laki itu berkata : ‘Ya Allah segala puji bagi engkau, aku telah bersedekah pada pelacur’. Kemudian dia bersedekah lagi  pada malam hari berikutnya yang diberikannya kepada orang kaya, pada pagi hari orang-orang membicarakannya : ‘Dia telah bersedekah semalam pada orang kaya’, Laki-laki itu berkata : ‘Ya Allah segala puji bagi engkau, aku telah bersedekah pada orang kaya’. Pada malam berikutnya dia bersedekah lagi yang diberikannya kepada si pencuri, pada pagi hari orang-orang membicarakannya : ‘Dia telah bersedekah semalam pada si pencuri’ Laki-laki itu berkata : ‘Ya Allah segala puji bagi engkau, aku telah bersedekah kepada pelacur, orang kaya dan pencuri’. Kemudian laki-laki itu mendatangi Rasulullah SAW, beliau bersabda kepadanya : ‘Sedekah yang engkau keluarkan telah diterima disisi Allah SWT, dan adapun si pelacur semoga dia sadar dan minta ampun atas perbuatan dosanya. Dan si kaya semoga dia dapat mengambil pelajaran agar dia mengeluarkan shadaqah dari apa-apa yang telah Allah rezekikan kepadanya. Dan si pencuri semoga dia insaf dan minta ampun atas perbuatannya.’ ” (HR. Bukhari dan Muslim)

Subhanallah banget ‘kan! Pernah nggak kita terfikir untuk bersedekah pada ketiga orang itu? Boro-boro sedekah, ngajak ngobrol aja mikir-mikir kecuali sama si kaya. Hehehe… Tapi coba diteliti lebih dalam lagi,mereka Islam bukan? Belum tentu! Mereka orang kekurangan bukan? Belum tentu juga! Lalu kenapa mindset kita selalu berfikir untuk menyedekahi orang-orang yang tidak mampu dan seagama?
Sekali lagi, tidak ada yang menjamin kapan hidayah itu masuk ke diri-diri seseorang kecuali Allah. Toh manusia lain hanya bisa mendoakannya. Terkadang kita terlalu ribet untuk memikirkan mau dilarikan kemana sedekah kita. Karena terlalu njelimet mikirnya, buntut-buntutnya tuh sedekah nggak jadi dikeluarin deh. Hayoo..  Gunakan otak kanan untuk urusan sedekah. Tanpa pikir panjang, lakukan! Right ? J

Contoh nyatanya nih, kalau ada orang yang meminta sumbangan dengan alasan pembangunan masjid, atau sumbangan untuk korban bencana alam. Kebanyakan orang menahan sedekahnya dengan alasan
‘orang yang meminta sumbangan nggak bisa dipercaya’, atau ‘ntar takut diselewengin uang sedekah kita’. Salah besar! Itu bukan urusan kita. Tugas kita hanya menyisihkan sebagian dari harta kita, juga untuk melancarkan kebutuhan kita. Perkara uang itu dijalankan sesuai amanah atau tidak, itu diluar kuasa kita. Percayakan saja uang yang kita sedekahkan dijalankan sesuai niat kita. Siapa tahu dengan sedekah yang kita beri, yang tadinya niatnya melenceng jadi bener. Who knows ? J

 Nggak ada orang Islam, ada orang bukan Islam. Nggak ada orang miskin, ada orang kaya. Nggak ada orang baik, ada orang nggak baik. Nggak ada orang yang butuh, ada orang yang nggak butuh. Kalaupun
memang tidak ada orang-orang yang mau kita sedekahin, berikanlah untuk pembangunan masjid, sekolah, rumah sakit atau lainnya. Lebih gampangnya lagi. Saya, anda, kita semua pasti memiliki keluarga. Orang tua, saudara atau tetangga. Tidak ada salahnya anda bersedekah pada orang-orang terdekat anda. Kepada orangtua anda, bukan berarti sedekah anda untuk membalas perhatian mereka. Karena sebanyak apapun itu tidak akan bisa membayar jerih mereka untuk anda. Kepada saudara maupun tetangga, anda tidak selalu tahu kapan mereka mengalami kesulitan. Jadi kenapa tidak kita sedekahkan saja kepada orang-orang terdekat kita? InshaAllah semua amal anda, berapa pun itu, kepada siapapun itu, pasti dibalas sama Yang Maha Membalas. Yakin saja! Karena semua amalan dijalankan berdasarkan keyakinan. Betul ? Betulkan saja deh ! J

‘Tadi saya sedekahnya dikit, gak dikabulin nih doanya’. Siapa bilang? Allah pasti mengabulkan doa hambaNya dengan cara Dia.
‘Si A sedekah ke panti asuhan banyak bangett! Nggak takut miskin apa ya?’ Siapa bilang? Nggak akan ada orang yang miskin gara-gara sedekah dan sedekah nggak akan membuat siapapun rugi, buktikan kalimat ini!
‘Bukannya saya pelit, tapi ‘kan sedekah itu seikhlasnya. Saya ikhlasnya cuman segini’. Tenang saja! Allah tetap membalas amal anda sesuai yang anda lakukan. Maha Pemurah-Nya Allah, Dia selalu memenuhi kebutuhan anda terlepas dari ikhlas atau tidak amalan anda. Sekalipun anda tidak ikhlas, Allah tetap memberikan anda pahala.

Masih dipikir berapa yang disedekahin dan mau sedekah kemana? Jangan ragu-ragu! Anda juga tidak mau ‘kan Allah memberi kita pahala dengan ragu-ragu. So, tunggu apalagi! J

Rabu, 16 November 2011

Part 1 All about Hospital, in my mind

Pernah merasakan perjalanan ke suatu tempat begitu bermakna? Sering pastinya! Begitu pun saya, hehe.. Banyak alasan mengapa kita menyebut perjalanan itu bermakna. Tapi versi saya, begitu penuh makna karena banyak pelajaran yang bisa diambil, setuju ? :)

Seperti perjalanan kemarin sore yang saya tempuh bersama mama tercinta menggunakan sebuah mobil. Saat itu kami hendak menuju asrama boarding school, tempat adik saya tinggal dan bersekolah. Perjalanan setengah jam tersebut, semakin terasa singkat karena diisi obrolan yang seru, berat dan sangat sayang untuk tidak dilewatkan. Hehe.. Belakangan ini saya bisa menikmati apa yang diobrolkan bersama papa mama saya, terutama bersama mama. Dulu nih, bawaannya males mendengar apa yang dibicarain mama. Menurut saya, terlalu menggurui (ampun ma.. :) ). Sampai sekarang mungkin terdengar menggurui, tapi sebenarnya itulah peran orangtua. Setiap orangtua menjadi guru buat anaknya dan cara inilah yang beliau gunakan untuk berbincang dengan anaknya. Namun sedikit berbeda dari perbincangan kami saat ini. Setidaknya sekarang saya merasa bisa mengimbangi apa yang mama saya bicarakan. Saya bisa ikut sumbang suara saya yang ngebass ini untuk meramaikan perbincangan. Ternyata selama ini saya salah. Beliau bukan sekedar menggurui, tapi lebih ke arah berdiskusi. Mungkin dulu-dulu pikiran saya tidak sampai untuk mengikuti arah perbincangan, jadilah hanya komunikasi satu arah sehingga lebih terlihat menggurui, bukan berdiskusi. Banyak cara mendidik papa mama saya yang menurut saya aneh, bukan cara biasanya lah. Tapi yah begitulah cara beliau-beliau mengajarkan kedewasaan kepada anaknya, membuat kita berpikir dan selalu bertanya-tanya. Dan semuanya bermakna. Pastinya setiap orangtua memiliki cara masing-masing dalam mendidik anak-anaknya, betul ? :)

Sebenarnya topik yang dibicarakan hanya 2, tapi dibahas sedemikian rupa sehingga jadi kompleks. Pertama tentang rumah sakit dan pemakmurannya. Kedua tentang sedekah. Mungkin akan saya bagi menjadi 2 postingan. Yang kedua akan saya lanjutkan di postingan berikutnya. Hehe..

Rumah sakit dan pemakmurannya

Kenapa membahas rumah sakit? Karena pada malam sebelumnya, kami melewati sebuah rumah sakit di sekitar kawasan Summarecon. Rumah sakit Kristen yang cukup mewah dan cukup besar. Dari jarak 100 meter lebih sudah tercium aroma bau rumah sakit, macam alcohol dan obat-obatannya. Di seputar kawasan tersebut juga akan dibangun lagi sebuah rumah sakit Kristen, yang sepertinya cukup besar. Yang menjadi pertanyaan, mengapa rumah sakit mereka yang besar dan makmur? Kapan rumah sakit Islam sebesar, seramai dan sejaya mereka? Bukankah penduduk Indonesia mayoritas muslim? Pertanyaan menggilitik menurut saya. Jawabannya jelas, karena orang muslim tidak bangkit untuk menandinginya!

Ini dapat dibuktikan dari banyak wilayah di Indonesia yang mengalami keadaan semacam ini. Saya sangat mengakui bahwa rumah sakit Kristen menawarkan banyak kecondongan untuk dipilih. Hal paling kecil, keramahtamahan yang mereka tawarkan. Sejak kita menginjakkan kaki di wilayah mereka, kita akan menemui banyak senyuman dan keramahan mereka dalam melayani pasien yang datang. Bagi saya yang cukup sering menjadi pasien, suasana seperti ini sangat nyaman. Terlebih kita dalam keadaan sakit secara fisik, lalu disegarkan fitrah kita, begitu nyaman bukan? Selain itu, fasilitas yang serba ada, bangunan yang kokoh dan megah, juga kepedulian terhadap pasien. Itu adalah beberapa poin plus yang mereka miliki. Di salah satu rumah sakit Kristen yang pernah saya kunjungi, ada sebuah slogan yang menyatakan bahwa mereka harus memberikan tindakan terlebih dahulu, masalah pembayaran dan administrasi  lainnya bisa diurus belakangan. Luar biasa banget! Waktu saya masuk UGD nya, mulai dari penyakit yang tidak begitu gawat sampai yang paling gawat pun, semua terlayani dengan baik. Tidak ada acara mengantri dan sebagainya. Itu cara mereka menangani pasien secepat mungkin. Banyak hal baik yang dapat kita tiru dari cara mereka melayani pasiennya. Kenapa mereka bisa bersikap seperti itu? Ternyata mereka menerapkan dan mengamalkan 99 Asmaul Husna, sifat-sifat Allah. Ya latif, yang mampu berbuat lembut. Ya Rahman, yang mengasihi sesamanya. Ya Mu'iz, yang memuliakan pasiennya. Tapi sayangnya, mereka tidak iman! Inilah Maha Rahman nya Allah. Mengasihi makhluk-makhlukNya sekalipun mereka ingkar. Allah beri mereka kejayaan serta kenikmatan di dunia, tapi tidak sampai membuat mahklukNya yang ingkar mencium aroma surga, apalagi menikmati indahnya surga. Kecuali mereka beriman!

Sedang rumah sakit Islam sendiri bukan berarti jelek. Tetapi hanya kalah pamor dibanding rumah sakit milik kaum yahudi. Dari segi fasilitas dan prasananya yang kadang kurang mendukung, sehingga tidak banyak pasien yang harus dilarikan ke rumah sakit lainnya. Pelayanan dari para susternya yang sedikit kurang antusias terhadap pasien-pasiennya. Biasanya juga sedikit lahan yang mereka gunakan untuk mendirikan rumah sakit tersebut, sehingga suasana hiruk-pikuk pasien terbaca sebelum memasuki kawasan tersebut. Walau tidak seramai rumah sakit Kristen, tapi ada hal istimewa yang bisa ditonjolkan, sapaan 'Assalamu'alaykum' yang tidak mungkin dimiliki rumah sakit selain milik kaum muslim. Entah mengapa saya memprediksikan karena kurangnya dana yang dimiliki untuk pengembangan rumah sakit sehingga hal itu berefek kepada pelayanan terhadap pasien. Mungkin dari kesejahteraan pegawainya yang tidak sesuai membuat mereka tidak bisa bekerja secara professional. Tetapi banyak kita temukan juga rumah sakit-rumah sakit Islam yang memiliki fasilitas yang baik dan deluxe. Namun membayar pelayanan berobatnya pun semahal fasilitas yang ada. Hal ini yang membuat masyarakat menengah kebawah tidak mampu menjangkaunya sehingga mereka memilih pengobatan di rumah sakit milik pemerintah.

Berbeda cerita dengan rumah sakit-rumah sakit swasta yang sebelumnya. Ini lebih menyedihkan lagi. Hampir saya lihat rumah sakit umum di macam daerah dalam keadaan yang kurang layak. Mungkin dari peralatan medis mereka mumpuni, tapi tidak bagi kenyamanan pasien dan keluarganya. Agak kumuh, penataan ruang yang seadanya, juga kebersihan yang kurang diperhatikan hampir menjadi pemandangan umum dari rumah sakit umum milik pemerintah.  Tapi bagi masyarakat yang kurang mampu dan sedang sakit, mau tidak mau mereka menggunakan fasilitas rumah sakit yang disediakan.  Seperti bangsal-bangsal yang berisi lebih dari 6 orang dengan berbagai macam penyakit. Obat-obatan pun hanya obat generic yang sering diberikan, walaupun kadang obat tersebut sudah tidak ampuh untuk penyakit yang di derita sang pasien. Hampir tak jauh beda dengan puskesmas yang ada. Namun dari segi lingkungan, puskesmas lebih unggul ketimbang rsu. Mungkin karena lingkup yang kecil dan adanya sumber daya yang peduli kebersihan. Rasanya sangat sangat tidak adil. Masyarakat yang mengalami kesulitan, juga harus kesulitan untuk mendapatkan pengobatan yang layak. Sebaliknya, masyarakat golongan keatas semakin mampu mendapatkan pengobatan dengan tingkat kelayakan yang baik. Sebenarnya ada apa dengan buruknya pelayanan rumah sakit milik pemerintah? Peralatan medis serta obat-obatan memang mahal, tapi apa mungkin anggaran dari pemerintah tidak mampu meng-cover kebutuhan jasmani masyarakatnya? Lalu, kapan mereka mendapat kesejahteraan dalam bentuk kelayakan berobat?

Semua itu selalu menjadi tanda tanya saja, karena saya belum mendapat jawaban yang pas untuk diterima. Obrolan tentang kesehatan ini mungkin agak berat, tapi saya begitu tertarik memikirkannya. Kesehatan itu penting, walau bukan segala-galanya. Dan penyakit pun bisa menjangkit siapapun tanpa pandang bulu kepada orang mampu atau tidak mampu. Alangkah baik jika dari pelayanan rumah sakit manapun dibenahi untuk kelayakan masyarakat. Lalu, akan menjadi tugas siapa hal ini?
Bagi umat muslim yang dititipkan harta lebih oleh Allah, kenapa tidak kita ambil kesempatan ini?

Diskusi tadi pun berbuntut pengharapan adanya perubahan menjadi lebih baik. Mama saya pun berpesan dengan doa dan penuh pengharapan, "Ya Allah, kalo kamu dan anak-anak mama lainnya ditakdirkan kaya harta, ayo bantu laah masyarakat ini dari sisi kesehatan. Jangan melulu berlomba-lomba mendirikan masjid atau sekolah, tapi coba peduli kearah kesehatan karena ini dibutuhkan semua kalangan. Dirikan rumah sakit Islam yang besar dan jaya yang bisa meng-cover semua kalangan masyarakat. Semuanya dilayani secara merata. Buat yang nggak mampu, disubsidi dari yang mampu. Kalaupun belum mampu mendirikannya, cukup membantu dana untuk pengembangan rumah sakit-rumah sakit islam. Terus dimakmurkan rumah sakit islam yang ada, jangan biarkan semua sector kehidupan dikuasai kaum yahudi. Kapan Islam akan jaya kalau bukan kaum mudanya yang membangun lagi peradaban Islam di bumiNya Allah ini". Kurang lebih seperti itu isi pesan mama saya. Walau dengan bahasa yang sedikit diubah, tapi tetap tidak mengubah makna yang disampaikan kok. Hehe..

Yah.. Sudah sejak lama saya memang tertarik dengan dunia kesehatan, especially kedokteran. Sampai ambisi untuk menjadi dokter, namun belum tersampaikan. Hehe.. Salah satu alasannya mungkin terlalu muluk, ingin menjadi dokter yang dekat dengan rakyat kecil dan memberi pelayanan yang terbaik buat mereka dengan biaya serendah-rendahnya. Tinggi banget yaa harapan saya.. Tapi begitulah yang saya inginkan. Pernah suatu kali saya di UGD sebuah rumah sakit swasta. Disitu saya melihat seorang anak perempuan terbaring lemas dan menggigil. Sudah sangat tidak berdaya, menurut saya. Padahal disitu ada beberapa suster yang menganggur, selain yang sedang melayani saya dan mama saya. Lalu mama saya bertanya kepada sang suster, "Kenapa anak itu sus?"
"Demam tinggi katanya bu, sama diare"
"Kok nggak dilayani sus? Suster ngelayanin dia aja dulu. Kasian"
"Nanti bu, keluarganya belum bisa ngurus administrasinya"

Ya Allah, rasanya sedih banget melihat anak tersebut. Padahal ibunya sudah mengemis-ngemis minta kepada suster agar anaknya ditangani dulu. Sayang, hanya masalah administrasi yang mungkin nggak seberapa buat orang mampu, tapi menjadi masalah besar buat mereka. Lalu dimana letak hati para dokter dan suster yang membiarkan pasien (mungkin tidak mampu) harus rela dianggurin begitu saja? Hanya karena ketaatan terhadap peraturan rumah sakit yang tidak fleksibel sehingga menelantarkan nyawa manusia lainnya. Ingin sekali bisa membantu mereka-mereka yang kesulitan untuk berobat. Tapi itu bicara masalah nurani. Di lapangan pun kita tidak bisa bebas berbuat sesuai nurani kita. Saya pernah diskusikan hal ini kepada salah satu kawan saya yang seorang dokter. Dia bilang, terkadang kita juga ingin membantu mereka memasukkan ke ruang inap, dilayani dengan baik. Tapi sejauh apa kita bisa membantu mereka. Kalaupun kita mampu menanggung biaya rumah sakitnya, lalu untuk obat-obatan yang dia konsumsi bagaimana? Berapa lama kita mampu biayain? Itu baru 1 kasus, bagaimana dengan kasus lainnya?

Memang pilihan yang sulit rupanya. Ini membuat saya ingin tahu detail tindakan yang harus dilakukan para dokter menghadapi situasi tersebut. Mendengar kisah para dokter, sangat mengagumkan menurut saya. Walaupun akhirnya saya belum bisa mewujudkan keinginan saya menjadi dokter, setidaknya saya akan berusaha mewujudkan keinginan mama saya dalam 7 tahun ke depan. Percaya atau tidak, beberapa bulan sebelum kami mendiskusikan masalah ini, saya sudah mengetikkan harapan kecil ini di dalam note handphone saya yang berbunyi, "7 tahun lagi, buat KLINIK, perpustakaan dan toko buku".  Saya menuliskan hal ini setelah saya tidak diterima kedokteran di perguruan tinggi. Kalau saya bukan seorang dokter, apa yang bisa saya lakukan untuk membantu kesehatan masyarakat kecil. Ya, mendirikan klinik Islam sampai menjadikannya rumah sakit Islam dengan biaya seminim mungkin dan fasilitas yang baik bagi yang tidak mampu. Mungkin terdengar mustahil mendirikannya di jaman yang serba mahal ini. Tapi kalau niat kita baik dan hendak berbisnis dengan Allah, InshaAllah dimudahkan dan nggak akan buntung. Berani mencoba? :)

Kalau pun nantinya saya tidak ditakdirkan mewujudkan harapan ini, semoga umat muslim lainnya bersedia meneruskan niat baik ini. Sudah waktunya umat muslim bangkit, menandingi dan mengambil alih penguasaan bumi ini. Kalau bukan kaum pemuda dan pemudinya, siapa lagi? :)

*nb : pemikiran dalam postingan ini bukan hanya dari saya, tapi juga mama saya. Harap maklum

Sabtu, 29 Oktober 2011

PASRAH pada segala ketentuan-Nya

Tema tulisan saya hari ini adalah PASRAH.  Why?
Karena berkenaan dengan masalah yang dihadapi salah seorang ‘adik’ saya yang sedang menempuh pendidikan undergraduate nya di Malaysia dengan scholarship dari Pemprov Kaltim.
Plokk. Plokk. Plokk.. (Tepuk tangan) :)

Beberapa hari yang lalu dia sempat menghadapi ujian anatomi dengan ganasnya, langsung “8BAB” sekaligus. Ada rasa kekhawatiran tidak mendapat nilai baik dan ia pun harus bisa mengejar IP 3,0 atau diatasnya lebih baik. Dia sudah berusaha, walaupun tetap ada rasa takut dan khawatir. Selain berusaha, dia merasa sudah ‘pasrah tapi tetap merasa galau’.
Mari membahas apa yang saya garis bawahi..

Pasrah itu apa sih?
Bentuk penghambaan dari manusia dengan menyerahkan segala usahanya, agar mendapat hasil yang terbaik dari Allah, bagi dirinya. Bukan mengharap sesuatu yang kita mau dan menurut kita baik ataupun berfikir mendapat sesuatu yang tidak kita inginkan, tetapi mengharap yang TERBAIK menurut VERSI ALLAH.
Memang berat memulainya. Bagaimana tidak, kita dituntut untuk menjadi yang terbaik versi manusia. Tapi saat takdir kita berbalik, menurut versi manusia kita adalah ‘loser’, telah kalah. Bagi si penderita, yang ada hanya ‘hopeless’ dan gak punya arah lagi. Bingung langkah selanjutnya harus bagaimana.

Tapi berbeda cerita 250 derajat kalau kita bisa ‘pasrah’ sama Allah.
Allah hanya meminta kita berusaha semampu kita, hasil biar Allah yang mengatur. Lalu, apa yang harus kita sangsikan lagi?

Selalu berusaha dan berusaha
Setelah kita berusaha dengan maksimal (harus maksimal dulu usahanya looh!), kita pasrah kan semua usaha yang kita lakukan. Pasrah disini berarti pikiran kita benar-benar di-setting hanya tertuju pada takdir yang Allah berikan, baik ataupun buruk menurut versi kita. Karena setiap takdir yang Allah beri kepada tiap hambaNya, itulah yang TERBAIK untuk hambaNya tersebut. Sesuai sifatNya, Allah Yaa ‘Aliim, Yang Maha Mengetahui. Setelah kita bisa benar-benar pasrah, kita bakal siap tuh mendapat hasil dari usaha kita. Kalau ternyata hasilnya baik, sesuai versi manusia dan apa yang kita mau, Alhamdulillah banget Allah menjawab ke-pasrah-an kita sesuai yang kita harapkan. Andaikata hasilnya belum baik, menurut kita,tidak akan ada perasaan kecewa yang sangat-sangat. Yang ada malah kita akan makin berjuang, berjuang dan berjuang lagi! ayee!! Keep on fighting :D J

Dan selama penantian hasil pun, kita gak akan merasa takut, walau mungkin ada lah sedikit rasa cemas. Tapi gak akan sampai membuat kita galau, gundah, sedih yang berlebihan. Kalau pun ada, artinya kita belum bisa pasrah sama Allah. Belum yakin 100% bahwa ketetapannya adalah yang terbaik buat kita. Dan itu PASTI!!

Tiap manusia memiliki takdirnya masing-masing
Tugas manusia di bumi adalah sebagai khalifah dengan judul “Berjuang”  dan manusia pun memiliki rencana-rencana yang baik untuk hidupnya. Tapi tetap Allah-lah yang menetapkan hasil. Disinilah peran manusia untuk tawakallah, ridho dengan apapun ketetapanNya.

Saya pernah mendengar sekilas ulasan di salah satu radio (mendengar dengan posisi ngantuk).
Salah seorang wanita kaum barat pernah diperkosa oleh orang-orang tak dikenal pada usia nya yang belia. Saat itu dia merasa paling menjadi wanita paling nista dan gak ada harapan untuk memulai hidup lagi. Namun seiring bertambahnya kedewasaannya, akhirnya pola pikirnya pun berubah. Dengan berbekal pengalaman pahitnya, dia mulai mendirikan yayasan yang melindungi kaum wanita dari masalah perkosaan. Dia beralasan, dengan mendirikan yayasan tersebut, dia bisa berbagi pengalaman kepada kaum wanita lainnya dan bagaimana menghindari hal-hal buruk semacam itu. Dan tanpa penyesalan, dia pun berhasil merubah pengalaman pahitnya menjadi sesuatu yang bermanfaat buat orang lain.

Dari kasus tersebut, kita bisa menarik kesimpulan. Ternyata Allah pun juga menciptakan takdir seseorang buruk di mata manusia. Tapi itu realita yang seorang manusia harus hadapi. Allah memberi dia takdir yang buruk menurut versi manusia, tapi Allah tahu bahwa itu takdir terbaik yang membuat dia setenar saat ini. Naudzubillahi min dzaliik, siapa yang pernah berharap untuk menerima takdir seperti itu? Karena terkadang, sesuatu yang buruk bagi manusia saat ini adalah kebaikan yang akan dia raih pada waktunya nanti. Begitulah pengaturan Allah terhadap perjalanan hambaNya. Indah bukan ? J

Dalam hidup ini, kita harus selalu tetap berusaha membuat takdir kita baik. Bagaimana caranya?
Bentengi diri kita dengan doa-doa yang InshaAllah menuntun kita untuk selalu di jalanNya. Sekedar bahan tambahan, ada doa-doa yang InshaAllah bisa menjaga kita selama menjalani hidup di dunia.

1.       HR. Muslim dan Tirmidzi
“Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘alaa diinika. Allahumma mushorrifal quluubi shorrif quluubanaa ‘alaa thoo ‘atika”

                                                                يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ
                                      اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَا
‘Wahai Zat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku diatas agamaMu.
Wahai Zat yang mengarahkan hati, arahkanlah hatiku untuk taat kepadaMu.’

2.       QS. Al-Isra (17) : 80

رَّبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَل لِّي مِن لَّدُنكَ سُلْطَاناً نَّصِيراً
‘Ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(ku)’

InshaAllah doa-doa tersebut membuat arah takdir kita selalu di jalanNya.
That’s all for this section. Semoga ada manfaat yang bisa didapat sobat semua.
Buat adikku, semoga Allah memberimu jalan keluar yang baik atas masalah yang kamu hadapi. Dan tetap selalu berjuang tanpa pernah kehilangan semangat sedikit pun J J

Sabtu, 08 Oktober 2011

Menemukan Sosok-sosok Terbaik Melalui Jalan-Nya


Sedikit bercerita bagaimana saya bertahan dengan pilihan saya untuk sekolah di luar negeri, tepatnya di Malaysia. Walaupun hasilnya pun belum jelas. Tapi alhamdulillah, saya dikenalkan dengan orang-orang yang luar biasa sehingga saya punya kekuatan lebih, bukan hanya dari diri saya, tapi juga support dari orang lain.

Awal saya tahu adanya sebuah universitas di Malaysia bernama IIUM, saya temukan di brosur UMY. Dari pihak UMY ada kerjasama dengan IIUM dibidang kedokteran, kalau tidak salah. Kebetulan beberapa hari kemudian, kedua orangtua saya akan mengadakan kunjungan ke Negeri Jiran tersebut. Saat itu, saya hanya berpesan "Tolong lihatkan universitas IIUM disana ya”. Namun sangat disayangkan, dengan kegiatan beliau yang padat sehingga tidak sempat untuk berkunjung kesana. Tetapi beliau menyempatkan diri bertanya pada guide disana. Guide itu bilang, “It’s good”.

Ya, saya sangat ingin sekali kuliah disana sejak lepas SMA. Waktu itu saya berniat kuliah di Malaysia bersama salah seorang sahabat saya. Tapi mungkin belum ada jalannya aja. Sahabat saya pun tidak mendapat ijin dan bekerja. Lalu saya pun memilih melanjutkan bimbel di Yogyakarta. Kali ini pun seperti kejadian yang lalu, kandas keinginan saya begitu saja. Karena memang saya gak punya link kesana. Hehe..

Sekembali dari Yogyakarta, saya menetap di rumah, Tangerang. Sembari menunggu hasil ujian mandiri lainnya, setelah saya dipastikan tidak lolos SNMPTN lagi. -___-
Kemudian, alhamdulillah saya lolos di psikologi Unpad. Walau saya juga ingin ke psikologi, selain kedokteran, tapi rasanya belum sreg aja.

Selama di rumah, saya rajin bekam loh, di klinik sehat El-Arsy namanya. Berhubung saya eksis, orang yg bekamin hapal dengan saya, hehe. Termasuk tahu dengan keinginan saya melanjutkan studi ke Malaysia. Dia pun mengenalkan saya pada sang empunya El-Arsy, Pak Am (panggilan akrab ceritanya) yang memiliki istri sedang menempuh s3 di Malaysia tepatnya di IIUM pula.

Umaaa.. saya yakin ini bukan kebetulan, tapi bagian dari scenario Allah. Dari yang kehilangan gaung tentang IIUM, lalu dipertemukan lagi dengan cara tak terduga. Saya di suruh menghubungi istri beliau, Ibu Atiqi Chollisni, mungkin bisa sharing. Dalam hati cuma merasakan satu, seneng banget! Hehe..

Dan inilah sosok-sosok yang membuat saya optimis keterima IIUM.

Ibu Atiqi Chollisni
Dari beliau saya jadi termotivasi untuk mencoba di IIUM. Akhirnya, saya pun melepas status mahasiswa di Unpad. Banyak pertimbangan yang harus di pikirkan lagi dan beliau pun turut memberikan gambaran plus minus nya Unpad dan IIUM. Gak cuma itu, beliau pun mengenalkan saya pada temen indo-nya beliau di bagian penerimaan maba di IIUM. Udah gitu, waktu pembayaran form saya cukup mengalami kesulitan dan beliau pun bersedia dengan senang hati menalangi dulu biaya form nya. Subhanallah banget kan ? J

Alhamdulillah beberapa hari yang lalu saya sempat dipertemukan dengan beliau. Subhanallah banget, orangnya baik, rendah hati, dengar cerita-ceritanya pun rasanya jadi termotivasi sendiri. Beliau ini sedang melanjutkan s3 di Islamic Banking Finance, perekenomian syariah begitulah, bersama 3 putra putri nya yang ikut bersekolah disana.

Kalau ada orang yang bilang, orang kaya itu sombong, InshaAllah bukan karakter beliau. Saya sudah membuktikannya kok J  Saya bukan sepupu atau saudara dekatnya, tapi beliau begitu baik membantu saya. Bu Atiqi pun bilang, InshaAllah gak ada murid yang gak diterima di IIUM, Amiiin J

Kemarin beliau bercerita bagaimana suasana lingkungan kampus IIUM. 1 hal yang bikin interest banget, semua kehidupan kampus terintegrasi pada masjid, sebagai pusatnya. Kampus-kampus letaknya di sekeliling masjid dan asrama (mahallah) berada di sekitar kampus itu sendiri. Ngebayangin nya jadi ingat tata surya. Masjid sebagai matahari, kampus planetnya, dan asrama sebagai satelit/bulan. Subhanallah banget tuh J Belum pernah lihat sih, tapi terbayangnya begitu. *semoga bener. Hehe.
Begitulah sedikit ulasan tentang Ibu Atiqi J
Selanjutnya, sosok hebat buat saya,

Bapak Muhamad Abduh
Pak Abduh ini teman nya Bu Tiqi yang saya ceritakan di atas. (kalo lupa, baca lagi dari awal.hehe..). Alhamdulillah beliau juga orang hebat. Beliau welcome banget dalam membalas email-email saya. Melalui beliau, saya mencoba mengirimkan berkas ke IIUM. Pak abduh ini dosen, kalau tidak salah, di Fakultas Ekonomi. Banyak hal yang sering saya tanyakan beliau terkait masalah teknis pendaftaran, sering papa saya telfon untuk menanyakan berita, alhamdulillah Pak Abduh pun juga senang hati menjawabnya. Terkadang ada berkas-berkas yang belum lengkap, beliau berbaik hati memberitahu saya. Sampai saat ini pun, saya belum pernah bertemu dengan Pak Abduh. Tapi saya yakin, InshaAllah orangnya pun rendah hati, tidak mengecewakan. Hehe..

Yang pasti, saya bersyukur banget sudah diperkenalkan mengenal sosok-sosok hebat melalui scenario Allah yang gak pernah terduga ini. Saya memang sangat berharap keterima di IIUM, tapi biar Allah yang menunjukkan jalan terbaik.
        Keinginan ini memiliki alasan kurang lebih seperti yang ditulis    oranglain berikut :

IIUM, International Islamic University of Malaysia (IIUM). Aku ingin menjejaki kemegahan peradaban Ilmu Islam disana. Bagaimana cerita-cerita para penuntut ilmu di IIUM selalu berkesan. Masjidnya yang megah, tarawihnya yang lama dengan baca’an-baca’an Al Qur’an yang menggetarkan, asramanya yang nyaman, pemandangan kampusnya yang aduhai, juga kumpulan-kumpulan literatur Islam dan Ilmu sains yang berjejaran diperpustakaannya.” (almuhandis.wordpress.com)

IIUM kampus baik, dengan nuansa islaminya yang kental. Tapi Wallahu’alam apakah itu juga kampus terbaik buat saya .
Optimis aja, Bismillah J

Kamis, 06 Oktober 2011

Berbuat Baik Harus NEKAT!

Seringkali kita merasa sudah berniat berbuat baik, tapi buntut-buntutnya tidak terlaksana. Kita akan berdalih, “Yang penting kan udah niat”. Padahal bukan seperti itu.

Berbuat baik itu sangat sangat sulit! Selalu aja ada halangan yang kadang kita gak sadar kalau ternyata itu halangan, termasuk salah satunya MENUNDA. Kita selalu berpikir itu hanya masalah waktu, tapi sebenarnya itu salah satu cara halus setan untuk membujuk kita berhenti pada niat. Stuck! -___-

Contohnya real nya, saat kita ingin bersedekah. Kisahnya begini, kita mau jalan ke mal. Sebelum berangkat sudah niat mau bersedekah nanti di sepanjang perjalanan mau ke mal. Udah gitu yang namanya ke mal, uang nya pasti bukan uang recehan. Tapi uang kertas dengan angka’nol’ yang banyak, rapi, halus, baru keluar bank kalee, hehe.. Lalu, ketemu lah di depan komplek sama pengemis yang hanya berpakaian compang-camping dan menengadahkan tangan. Physicly, dia sehat. Pasti kita berfikir, “Masih sehat gitu minta-minta. Nanti ajalah ntar pasti masih ada lagi yang lebih butuh”. Oke, alasannya masih masuk akal laaah. Tapi tetep, kita sudah MENUNDA. Jalan lagi, berhenti di lampu merah. Ada anak kecil yang minta-minta, ya dengan alasan buat bayar sekolah. Udah niat ngasi tuh, liat dompet, Lloh, kok merah semua’. Kita mikir lagi pasti tuh. “Belum dipecah eh uangnya. Kebanyakan kalau dikasih uang segitu, buat anak kecil pula”. Dan yap! Kita tunda lagi nih niat baik ini. Hampir mendekati mal, terkaget-kaget kita. Yang biasanya tempat mangkal pengemis-pengemis, tautau bersih gak ada satupun. Ternyata sudah ditertibkan petugas wilayah. Tambah lah kita berpikir, “Bukan rejeki pengemis deh uang ku”. Masuk mal, belanja ina inu, pulang-pulang dalam dompet bner2 abis. hahahahaha :D

Sobat, sebenarnya bukan itu kesimpulan yang seharusnya kita ambil. Mungkin buat para pengemis, memang bukan rejeki mereka dapat uang dari kita. Tapi untuk kitanya sendiri? Kita sudah kemakan bisikan halus setan. Mereka yang membujuk kita untuk menunda dengan beribu alasan. Secara kasat mata kita akan menilai, fikiran kita fikiran normal aja, gak ada sangkut pautnya sama setan. Padahal, saat kita berniat, tidak dilakukan saat itu juga, kemudian bernafas. Setan masuk ke dalam tubuh kita bersemayam di darah. Darah itu milik kita, bagian dari tubuh kita. Sedang setan ada di dalam darah itu, ibaratnya setan itu nemplok di diri kita deh. Jadi halangan yang kita hadapi bukan dari faktor eksternal, tapi dari faktor internal itu sendiri. Ya dari diri kita sendiri yang membuat halangan itu.

Berbuat baik jangan tunggu SIAP! Karena kita gak akan pernah siap untuk menjadi baik. Tapi LAKUKAN, setelah kita berniat! Jangan kebanyakan mikir ina inu anu, kelamaan sob! Seperti saat berniat memakai jilbab, buat yang perempuan nih.

“Kapan mau makai jilbab?” “Ntar deh, tunggu siap!”
1-2 tahun ditanya lagi, “Iya nih, kok belum siap-siap yaa. Padahal udah niat”
JDERR!! Yaiyalah gak akan siap, karena kita ga pernah berusaha mulai melakukannya.
Ya, kita ga akan pernah siap untuk berbuat baik, dan itu PASTI!

Bayangin aja deh, kalau mau ujian UAN ditanyain begituan dulu, ya pasti ga akan pernah ikut ujian deh. Siap ga siap, kita pasti harus ikut ujian. PASTI!
Ya sama kayak berjilbab. Siap ga siap, kita harus melakukannya. Gak usah dipikir deh apa kata orang, toh yang memakai kita. Asal kita enjoy dan pede, orang pun akan melihat kita seperti apa yang kita rasa.
Terkadang kita terlalu memikirkan halangan-halangan yang kita buat sendiri, hingga timbul ketakutan. Okelah, kalo mikir positif negatifnya. Tapi ga akan ada sisi negatifnya untuk berbuat baik. Yang ada, kita sendiri yang menciptakan sisi negatif itu. Allah saja sudah berjanji di Al-Qur’an :

Katakanlah: "Hai hamba-hambaKu yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu!" Orang-orang yang berbuat kebajikan di dunia ini, memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya orang-orang yang sabar, dicukupkan pahalanya tanpa perkiraan.

'Ada kebaikan untuk orang yang mau beramal selama di dunia. Di dunia ia kan dapatkan kebaikan (berupa kesehatan, kemenangan dan kekuasaan) dan begitu juga nanti di akhirat (berupa surga dan balasan yang tiada henti)' 
Ini janjinya Allah loh, masak gak percaya.. :)

Selama kita mengerti hakekatnya berbuat baik, lakukan. Jangan tunggu orang lain yang melakukannya terlebih dahulu. Firman Nya :

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Al Baqarah : 148)


Melakukan kebaikan di dunia itu seperti nabung koin pahala buat di akhirat. Mungkin kadang kita gak akan merasakan langsung dampaknya, tapi pasti Allah akan membalas kebaikan apapun yang telah kita lakukan. Seperti halnya menabung, kita akan merasakan kita memiliki uang  banyak, setelah dari jaman dinosaurus  menabung. Hehe..  Sama juga, ntar di akhirat kita akan membuka hasil tabungan kita. Toh, segala kebaikan nantinya kembali ke kita juga. Kita yang akan merasakannya sendiri. ‘Siapa yang menanam, dia yang akan menuai’, setuju? :) :) :)

Minggu, 18 September 2011

Menyendiri itu perlu!

" Terkadang kita perlu sedikit waktu menyendiri untuk membuat keadaan lebih baik, daripada memaksakan keadaan buruk terus"

Yup! pernyataan itu bukan maksud untuk menghindar dan melarikan diri dari masalah. Tapi untuk lebih melihat masalah dari segi baiknya. Ternyata ga ada masalah yang buruk, kalo kamu sadar! Itu adalah kado indah untuk hidupmu. Gimana bisa? Kita ga akan dewasa tanpa masalah. Dari kecil pun kita dilatih menghadapi masalah. Mulai dari belajar berdiri, berjalan, bicara, menulis. Semua kita alamai dari keadaan tidak bisa menjadi bisa. artinya kita menemukan masalah saat kita mengalami 'ke-tidakbisa-an', tapi dengan proses perlahan-lahan kita bisa menaklukan itu semua. Itu menakjubkan!


Berdiam diri sejenak itu perlu, bukan untuk menghindar. Tapi untuk mendinginkan otak, merubah pola pikir 'Bukan aku paling benar, tapi kita benar dengan pendapat masing-masing'. 


Lalu, kenapa kekadang kita harus memaksakan diri ada di dekat orang yang sedang menghadapi masalah? Apa itu perlu? Mungkin untuk pandangan orang yang tidak menghadapi masalah, itu perlu. Dengan niat baik untuk membantu, Tapi toh ga semua orang merasa nyaman dengan keadaan seperti itu. Ada kalanya mereka orang-orang yang langsung ingin menangis pada bahu seseorang, ada pula orang-orang yang ingin mengambil waktu untuk sendiri. Yah, entah sekedar menangis sendiri, berdialog dengan dirinya, ataupun lainnya. Semua orang punya bentuk kenyamanannya sendiri-sendiri.


Kalo kita sebagai pendengar, cobalah mengerti akan situasi. Lihat, tipe orang seperti apa yang kita hadapi. Tawarkan diri kita untuk menemani, tapi tidak MEMAKSA!
Kalo kita adalah orang yang mengalami masalah dan perlu waktu untuk mengasingkan diri, itu bukan hal yang salah. Malah terkadang itu perlu. Tinggal bagaimana kita mengkomunikasikannya dengan baik pada orang-orang terdekat kita. Gunakan waktu tersebut untuk membuat segala sesuatunya lebih baik, bukan menambah keruh keadaan.


Sharing sedikit :)

Minggu, 28 Agustus 2011

The SECOND blog :)

It's my second blog :)
berhubung blog pertama susah banget 'sign in' nya, musti pake urat masuknya! jadi yah make a new ones ajah lah.. padahal blog pertama, nda jelas juga nasibnya :D

PERTAMA yang aku pikirkan setelah punya blog,
'mau dijadikan apa blog ini?'
      sekedar curcol, selipin ilmu, update berita, motivation story, or another else. Itu semua pilihanku, dan aku bingung, hahahaa.. -___-  intinya bisa mendatangkan manfaat aja laah :D
KEDUA yang aku pikirkan selanjutnya,
'how to make it be the interesting blog?'
      buta eh cara ngedit dan sebagainya. padahal pengen tampak bagus *pengennya*, tapi belum bisa, :o Sambil pelan-pelan dipelajari aja deh :D

itu dulu ahh, ngantukk! tuk! tuk! 
:D :D