Sabtu, 29 Oktober 2011

PASRAH pada segala ketentuan-Nya

Tema tulisan saya hari ini adalah PASRAH.  Why?
Karena berkenaan dengan masalah yang dihadapi salah seorang ‘adik’ saya yang sedang menempuh pendidikan undergraduate nya di Malaysia dengan scholarship dari Pemprov Kaltim.
Plokk. Plokk. Plokk.. (Tepuk tangan) :)

Beberapa hari yang lalu dia sempat menghadapi ujian anatomi dengan ganasnya, langsung “8BAB” sekaligus. Ada rasa kekhawatiran tidak mendapat nilai baik dan ia pun harus bisa mengejar IP 3,0 atau diatasnya lebih baik. Dia sudah berusaha, walaupun tetap ada rasa takut dan khawatir. Selain berusaha, dia merasa sudah ‘pasrah tapi tetap merasa galau’.
Mari membahas apa yang saya garis bawahi..

Pasrah itu apa sih?
Bentuk penghambaan dari manusia dengan menyerahkan segala usahanya, agar mendapat hasil yang terbaik dari Allah, bagi dirinya. Bukan mengharap sesuatu yang kita mau dan menurut kita baik ataupun berfikir mendapat sesuatu yang tidak kita inginkan, tetapi mengharap yang TERBAIK menurut VERSI ALLAH.
Memang berat memulainya. Bagaimana tidak, kita dituntut untuk menjadi yang terbaik versi manusia. Tapi saat takdir kita berbalik, menurut versi manusia kita adalah ‘loser’, telah kalah. Bagi si penderita, yang ada hanya ‘hopeless’ dan gak punya arah lagi. Bingung langkah selanjutnya harus bagaimana.

Tapi berbeda cerita 250 derajat kalau kita bisa ‘pasrah’ sama Allah.
Allah hanya meminta kita berusaha semampu kita, hasil biar Allah yang mengatur. Lalu, apa yang harus kita sangsikan lagi?

Selalu berusaha dan berusaha
Setelah kita berusaha dengan maksimal (harus maksimal dulu usahanya looh!), kita pasrah kan semua usaha yang kita lakukan. Pasrah disini berarti pikiran kita benar-benar di-setting hanya tertuju pada takdir yang Allah berikan, baik ataupun buruk menurut versi kita. Karena setiap takdir yang Allah beri kepada tiap hambaNya, itulah yang TERBAIK untuk hambaNya tersebut. Sesuai sifatNya, Allah Yaa ‘Aliim, Yang Maha Mengetahui. Setelah kita bisa benar-benar pasrah, kita bakal siap tuh mendapat hasil dari usaha kita. Kalau ternyata hasilnya baik, sesuai versi manusia dan apa yang kita mau, Alhamdulillah banget Allah menjawab ke-pasrah-an kita sesuai yang kita harapkan. Andaikata hasilnya belum baik, menurut kita,tidak akan ada perasaan kecewa yang sangat-sangat. Yang ada malah kita akan makin berjuang, berjuang dan berjuang lagi! ayee!! Keep on fighting :D J

Dan selama penantian hasil pun, kita gak akan merasa takut, walau mungkin ada lah sedikit rasa cemas. Tapi gak akan sampai membuat kita galau, gundah, sedih yang berlebihan. Kalau pun ada, artinya kita belum bisa pasrah sama Allah. Belum yakin 100% bahwa ketetapannya adalah yang terbaik buat kita. Dan itu PASTI!!

Tiap manusia memiliki takdirnya masing-masing
Tugas manusia di bumi adalah sebagai khalifah dengan judul “Berjuang”  dan manusia pun memiliki rencana-rencana yang baik untuk hidupnya. Tapi tetap Allah-lah yang menetapkan hasil. Disinilah peran manusia untuk tawakallah, ridho dengan apapun ketetapanNya.

Saya pernah mendengar sekilas ulasan di salah satu radio (mendengar dengan posisi ngantuk).
Salah seorang wanita kaum barat pernah diperkosa oleh orang-orang tak dikenal pada usia nya yang belia. Saat itu dia merasa paling menjadi wanita paling nista dan gak ada harapan untuk memulai hidup lagi. Namun seiring bertambahnya kedewasaannya, akhirnya pola pikirnya pun berubah. Dengan berbekal pengalaman pahitnya, dia mulai mendirikan yayasan yang melindungi kaum wanita dari masalah perkosaan. Dia beralasan, dengan mendirikan yayasan tersebut, dia bisa berbagi pengalaman kepada kaum wanita lainnya dan bagaimana menghindari hal-hal buruk semacam itu. Dan tanpa penyesalan, dia pun berhasil merubah pengalaman pahitnya menjadi sesuatu yang bermanfaat buat orang lain.

Dari kasus tersebut, kita bisa menarik kesimpulan. Ternyata Allah pun juga menciptakan takdir seseorang buruk di mata manusia. Tapi itu realita yang seorang manusia harus hadapi. Allah memberi dia takdir yang buruk menurut versi manusia, tapi Allah tahu bahwa itu takdir terbaik yang membuat dia setenar saat ini. Naudzubillahi min dzaliik, siapa yang pernah berharap untuk menerima takdir seperti itu? Karena terkadang, sesuatu yang buruk bagi manusia saat ini adalah kebaikan yang akan dia raih pada waktunya nanti. Begitulah pengaturan Allah terhadap perjalanan hambaNya. Indah bukan ? J

Dalam hidup ini, kita harus selalu tetap berusaha membuat takdir kita baik. Bagaimana caranya?
Bentengi diri kita dengan doa-doa yang InshaAllah menuntun kita untuk selalu di jalanNya. Sekedar bahan tambahan, ada doa-doa yang InshaAllah bisa menjaga kita selama menjalani hidup di dunia.

1.       HR. Muslim dan Tirmidzi
“Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘alaa diinika. Allahumma mushorrifal quluubi shorrif quluubanaa ‘alaa thoo ‘atika”

                                                                يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ
                                      اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَا
‘Wahai Zat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku diatas agamaMu.
Wahai Zat yang mengarahkan hati, arahkanlah hatiku untuk taat kepadaMu.’

2.       QS. Al-Isra (17) : 80

رَّبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَل لِّي مِن لَّدُنكَ سُلْطَاناً نَّصِيراً
‘Ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(ku)’

InshaAllah doa-doa tersebut membuat arah takdir kita selalu di jalanNya.
That’s all for this section. Semoga ada manfaat yang bisa didapat sobat semua.
Buat adikku, semoga Allah memberimu jalan keluar yang baik atas masalah yang kamu hadapi. Dan tetap selalu berjuang tanpa pernah kehilangan semangat sedikit pun J J

Sabtu, 08 Oktober 2011

Menemukan Sosok-sosok Terbaik Melalui Jalan-Nya


Sedikit bercerita bagaimana saya bertahan dengan pilihan saya untuk sekolah di luar negeri, tepatnya di Malaysia. Walaupun hasilnya pun belum jelas. Tapi alhamdulillah, saya dikenalkan dengan orang-orang yang luar biasa sehingga saya punya kekuatan lebih, bukan hanya dari diri saya, tapi juga support dari orang lain.

Awal saya tahu adanya sebuah universitas di Malaysia bernama IIUM, saya temukan di brosur UMY. Dari pihak UMY ada kerjasama dengan IIUM dibidang kedokteran, kalau tidak salah. Kebetulan beberapa hari kemudian, kedua orangtua saya akan mengadakan kunjungan ke Negeri Jiran tersebut. Saat itu, saya hanya berpesan "Tolong lihatkan universitas IIUM disana ya”. Namun sangat disayangkan, dengan kegiatan beliau yang padat sehingga tidak sempat untuk berkunjung kesana. Tetapi beliau menyempatkan diri bertanya pada guide disana. Guide itu bilang, “It’s good”.

Ya, saya sangat ingin sekali kuliah disana sejak lepas SMA. Waktu itu saya berniat kuliah di Malaysia bersama salah seorang sahabat saya. Tapi mungkin belum ada jalannya aja. Sahabat saya pun tidak mendapat ijin dan bekerja. Lalu saya pun memilih melanjutkan bimbel di Yogyakarta. Kali ini pun seperti kejadian yang lalu, kandas keinginan saya begitu saja. Karena memang saya gak punya link kesana. Hehe..

Sekembali dari Yogyakarta, saya menetap di rumah, Tangerang. Sembari menunggu hasil ujian mandiri lainnya, setelah saya dipastikan tidak lolos SNMPTN lagi. -___-
Kemudian, alhamdulillah saya lolos di psikologi Unpad. Walau saya juga ingin ke psikologi, selain kedokteran, tapi rasanya belum sreg aja.

Selama di rumah, saya rajin bekam loh, di klinik sehat El-Arsy namanya. Berhubung saya eksis, orang yg bekamin hapal dengan saya, hehe. Termasuk tahu dengan keinginan saya melanjutkan studi ke Malaysia. Dia pun mengenalkan saya pada sang empunya El-Arsy, Pak Am (panggilan akrab ceritanya) yang memiliki istri sedang menempuh s3 di Malaysia tepatnya di IIUM pula.

Umaaa.. saya yakin ini bukan kebetulan, tapi bagian dari scenario Allah. Dari yang kehilangan gaung tentang IIUM, lalu dipertemukan lagi dengan cara tak terduga. Saya di suruh menghubungi istri beliau, Ibu Atiqi Chollisni, mungkin bisa sharing. Dalam hati cuma merasakan satu, seneng banget! Hehe..

Dan inilah sosok-sosok yang membuat saya optimis keterima IIUM.

Ibu Atiqi Chollisni
Dari beliau saya jadi termotivasi untuk mencoba di IIUM. Akhirnya, saya pun melepas status mahasiswa di Unpad. Banyak pertimbangan yang harus di pikirkan lagi dan beliau pun turut memberikan gambaran plus minus nya Unpad dan IIUM. Gak cuma itu, beliau pun mengenalkan saya pada temen indo-nya beliau di bagian penerimaan maba di IIUM. Udah gitu, waktu pembayaran form saya cukup mengalami kesulitan dan beliau pun bersedia dengan senang hati menalangi dulu biaya form nya. Subhanallah banget kan ? J

Alhamdulillah beberapa hari yang lalu saya sempat dipertemukan dengan beliau. Subhanallah banget, orangnya baik, rendah hati, dengar cerita-ceritanya pun rasanya jadi termotivasi sendiri. Beliau ini sedang melanjutkan s3 di Islamic Banking Finance, perekenomian syariah begitulah, bersama 3 putra putri nya yang ikut bersekolah disana.

Kalau ada orang yang bilang, orang kaya itu sombong, InshaAllah bukan karakter beliau. Saya sudah membuktikannya kok J  Saya bukan sepupu atau saudara dekatnya, tapi beliau begitu baik membantu saya. Bu Atiqi pun bilang, InshaAllah gak ada murid yang gak diterima di IIUM, Amiiin J

Kemarin beliau bercerita bagaimana suasana lingkungan kampus IIUM. 1 hal yang bikin interest banget, semua kehidupan kampus terintegrasi pada masjid, sebagai pusatnya. Kampus-kampus letaknya di sekeliling masjid dan asrama (mahallah) berada di sekitar kampus itu sendiri. Ngebayangin nya jadi ingat tata surya. Masjid sebagai matahari, kampus planetnya, dan asrama sebagai satelit/bulan. Subhanallah banget tuh J Belum pernah lihat sih, tapi terbayangnya begitu. *semoga bener. Hehe.
Begitulah sedikit ulasan tentang Ibu Atiqi J
Selanjutnya, sosok hebat buat saya,

Bapak Muhamad Abduh
Pak Abduh ini teman nya Bu Tiqi yang saya ceritakan di atas. (kalo lupa, baca lagi dari awal.hehe..). Alhamdulillah beliau juga orang hebat. Beliau welcome banget dalam membalas email-email saya. Melalui beliau, saya mencoba mengirimkan berkas ke IIUM. Pak abduh ini dosen, kalau tidak salah, di Fakultas Ekonomi. Banyak hal yang sering saya tanyakan beliau terkait masalah teknis pendaftaran, sering papa saya telfon untuk menanyakan berita, alhamdulillah Pak Abduh pun juga senang hati menjawabnya. Terkadang ada berkas-berkas yang belum lengkap, beliau berbaik hati memberitahu saya. Sampai saat ini pun, saya belum pernah bertemu dengan Pak Abduh. Tapi saya yakin, InshaAllah orangnya pun rendah hati, tidak mengecewakan. Hehe..

Yang pasti, saya bersyukur banget sudah diperkenalkan mengenal sosok-sosok hebat melalui scenario Allah yang gak pernah terduga ini. Saya memang sangat berharap keterima di IIUM, tapi biar Allah yang menunjukkan jalan terbaik.
        Keinginan ini memiliki alasan kurang lebih seperti yang ditulis    oranglain berikut :

IIUM, International Islamic University of Malaysia (IIUM). Aku ingin menjejaki kemegahan peradaban Ilmu Islam disana. Bagaimana cerita-cerita para penuntut ilmu di IIUM selalu berkesan. Masjidnya yang megah, tarawihnya yang lama dengan baca’an-baca’an Al Qur’an yang menggetarkan, asramanya yang nyaman, pemandangan kampusnya yang aduhai, juga kumpulan-kumpulan literatur Islam dan Ilmu sains yang berjejaran diperpustakaannya.” (almuhandis.wordpress.com)

IIUM kampus baik, dengan nuansa islaminya yang kental. Tapi Wallahu’alam apakah itu juga kampus terbaik buat saya .
Optimis aja, Bismillah J

Kamis, 06 Oktober 2011

Berbuat Baik Harus NEKAT!

Seringkali kita merasa sudah berniat berbuat baik, tapi buntut-buntutnya tidak terlaksana. Kita akan berdalih, “Yang penting kan udah niat”. Padahal bukan seperti itu.

Berbuat baik itu sangat sangat sulit! Selalu aja ada halangan yang kadang kita gak sadar kalau ternyata itu halangan, termasuk salah satunya MENUNDA. Kita selalu berpikir itu hanya masalah waktu, tapi sebenarnya itu salah satu cara halus setan untuk membujuk kita berhenti pada niat. Stuck! -___-

Contohnya real nya, saat kita ingin bersedekah. Kisahnya begini, kita mau jalan ke mal. Sebelum berangkat sudah niat mau bersedekah nanti di sepanjang perjalanan mau ke mal. Udah gitu yang namanya ke mal, uang nya pasti bukan uang recehan. Tapi uang kertas dengan angka’nol’ yang banyak, rapi, halus, baru keluar bank kalee, hehe.. Lalu, ketemu lah di depan komplek sama pengemis yang hanya berpakaian compang-camping dan menengadahkan tangan. Physicly, dia sehat. Pasti kita berfikir, “Masih sehat gitu minta-minta. Nanti ajalah ntar pasti masih ada lagi yang lebih butuh”. Oke, alasannya masih masuk akal laaah. Tapi tetep, kita sudah MENUNDA. Jalan lagi, berhenti di lampu merah. Ada anak kecil yang minta-minta, ya dengan alasan buat bayar sekolah. Udah niat ngasi tuh, liat dompet, Lloh, kok merah semua’. Kita mikir lagi pasti tuh. “Belum dipecah eh uangnya. Kebanyakan kalau dikasih uang segitu, buat anak kecil pula”. Dan yap! Kita tunda lagi nih niat baik ini. Hampir mendekati mal, terkaget-kaget kita. Yang biasanya tempat mangkal pengemis-pengemis, tautau bersih gak ada satupun. Ternyata sudah ditertibkan petugas wilayah. Tambah lah kita berpikir, “Bukan rejeki pengemis deh uang ku”. Masuk mal, belanja ina inu, pulang-pulang dalam dompet bner2 abis. hahahahaha :D

Sobat, sebenarnya bukan itu kesimpulan yang seharusnya kita ambil. Mungkin buat para pengemis, memang bukan rejeki mereka dapat uang dari kita. Tapi untuk kitanya sendiri? Kita sudah kemakan bisikan halus setan. Mereka yang membujuk kita untuk menunda dengan beribu alasan. Secara kasat mata kita akan menilai, fikiran kita fikiran normal aja, gak ada sangkut pautnya sama setan. Padahal, saat kita berniat, tidak dilakukan saat itu juga, kemudian bernafas. Setan masuk ke dalam tubuh kita bersemayam di darah. Darah itu milik kita, bagian dari tubuh kita. Sedang setan ada di dalam darah itu, ibaratnya setan itu nemplok di diri kita deh. Jadi halangan yang kita hadapi bukan dari faktor eksternal, tapi dari faktor internal itu sendiri. Ya dari diri kita sendiri yang membuat halangan itu.

Berbuat baik jangan tunggu SIAP! Karena kita gak akan pernah siap untuk menjadi baik. Tapi LAKUKAN, setelah kita berniat! Jangan kebanyakan mikir ina inu anu, kelamaan sob! Seperti saat berniat memakai jilbab, buat yang perempuan nih.

“Kapan mau makai jilbab?” “Ntar deh, tunggu siap!”
1-2 tahun ditanya lagi, “Iya nih, kok belum siap-siap yaa. Padahal udah niat”
JDERR!! Yaiyalah gak akan siap, karena kita ga pernah berusaha mulai melakukannya.
Ya, kita ga akan pernah siap untuk berbuat baik, dan itu PASTI!

Bayangin aja deh, kalau mau ujian UAN ditanyain begituan dulu, ya pasti ga akan pernah ikut ujian deh. Siap ga siap, kita pasti harus ikut ujian. PASTI!
Ya sama kayak berjilbab. Siap ga siap, kita harus melakukannya. Gak usah dipikir deh apa kata orang, toh yang memakai kita. Asal kita enjoy dan pede, orang pun akan melihat kita seperti apa yang kita rasa.
Terkadang kita terlalu memikirkan halangan-halangan yang kita buat sendiri, hingga timbul ketakutan. Okelah, kalo mikir positif negatifnya. Tapi ga akan ada sisi negatifnya untuk berbuat baik. Yang ada, kita sendiri yang menciptakan sisi negatif itu. Allah saja sudah berjanji di Al-Qur’an :

Katakanlah: "Hai hamba-hambaKu yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu!" Orang-orang yang berbuat kebajikan di dunia ini, memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya orang-orang yang sabar, dicukupkan pahalanya tanpa perkiraan.

'Ada kebaikan untuk orang yang mau beramal selama di dunia. Di dunia ia kan dapatkan kebaikan (berupa kesehatan, kemenangan dan kekuasaan) dan begitu juga nanti di akhirat (berupa surga dan balasan yang tiada henti)' 
Ini janjinya Allah loh, masak gak percaya.. :)

Selama kita mengerti hakekatnya berbuat baik, lakukan. Jangan tunggu orang lain yang melakukannya terlebih dahulu. Firman Nya :

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Al Baqarah : 148)


Melakukan kebaikan di dunia itu seperti nabung koin pahala buat di akhirat. Mungkin kadang kita gak akan merasakan langsung dampaknya, tapi pasti Allah akan membalas kebaikan apapun yang telah kita lakukan. Seperti halnya menabung, kita akan merasakan kita memiliki uang  banyak, setelah dari jaman dinosaurus  menabung. Hehe..  Sama juga, ntar di akhirat kita akan membuka hasil tabungan kita. Toh, segala kebaikan nantinya kembali ke kita juga. Kita yang akan merasakannya sendiri. ‘Siapa yang menanam, dia yang akan menuai’, setuju? :) :) :)